Social Items

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
PROSEDUR PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat didiagnosa dengan beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan untuk pemeriksaan pada peradangan penyakit usus, seperti pemeriksaan barium enema, colonoscopy, sigmoidoscopy, endoscopy dan dapat juga didiagnosa dengan pemeriksaan fistulografi (Wake Forest University School of Medicine Division of Radiologic Sciences, 2001). 


  • Pada pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah fistula terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat menganggu radiograf (Bryan, 1979).
  • Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah abdomen maka saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material (Ballinger, 1999).
  • Alat dan bahan yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan pemeriksaan antara lain (Ballinger, 1999) :
  • Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
  • Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan 
  • Marker R dan L
  • Apron
  • Sarung tangan Pb 
  • Cairan saflon 
  • Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain kassa, jeli, abocath, duk lubang.
  • Alkohol 
  • Betadine 
  • Obat anti alergi 
  • Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.


  • Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu dibuat plan foto dgn proyeksi Antero Posterior (AP), 
  • Media kontras dimasukkan dengan kateter atau abocath melalui muara fistula yang diikuti dengan fluoroskopi.
  • Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media kontras disuntikkan melalui muara fistula yang telah mengisi penuh saluran fistula. 
  • Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroskopi dan ditandai dengan keluarnya media kontras melalui muara fistula (Ballinger, 1995).
  • Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung dari luas muara fistula.


  • Tujuan pemasukan media kontras adalah untuk memperlihatkan fistula pada daerah perianal.
  • Pemasukan media kontras dimulai dengan membersihkan daerah sekitar fistula dengan betadine.
  • Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula kira-kira sedalam 2-3 cm secara perlahan-lahan melalui kateter yang sudah diberi jeli dan diikuti dengan fluoroskopi.
  • Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan sehingga media kontras masuk dan memenuhi lubang fistula yang di tandai dengan menetesnya media kontras dari lubang fistula. (Ballinger, 1995).

PROYEKSI PEMERIKSAAN PADA PERIANAL FISTULA
1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 

  • Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan. 
  • Kedua kaki endorotasi 15-20 derajat, kecuali jika terjadi fraktur atau dislokasi pada hip joint.
  • Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua krista iliaka dengan FFD 100 cm. 
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
2. Proyeksi Lateral

  • Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
  • Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja pemeriksaan.
  • Spina iliaka pada posisi AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis. 
  • Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
3. Proyeksi Oblique

  • Posisi pasien prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang diperiksa yang menunjukan letak fistula kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan.
  • Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopang tubuh.
  • Pelvis diatur kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal.
  • Sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset dan central point pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi tegak lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
4. Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine

  • Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukan posterior lutut menyentuh ujung tepi meja pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut.
  • Pasien membungkukan punggung semaksimal mungkin sampai simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis dgn sumbu vertical kira-kira 45 derajat.
  • Sinar vertikal tegak lurus kaset dengan central point melalui daerah lumboskral menembus trokhanter mayor. Bila fleksi tubuh terbatas central point diarahkan dari anterior obyek tegak lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm.

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
5. Proyeksi Taylor

  • Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakan di atas dada dan kedua kaki lurus.
  • Pelvis diatur sehingga true Antero-Posterior yaitu kedua krista iliaka ka dan ki berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan Mid Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan. Sinar menyudut 30o ke cranial, central point pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 
Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk melihat penampang fistula dari depan.
2. Proyeksi Lateral 
Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke depan atau ke belakang. 
3. Proyeksi Oblik 
Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping.


TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI

Radiografer
TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
PROSEDUR PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat didiagnosa dengan beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan untuk pemeriksaan pada peradangan penyakit usus, seperti pemeriksaan barium enema, colonoscopy, sigmoidoscopy, endoscopy dan dapat juga didiagnosa dengan pemeriksaan fistulografi (Wake Forest University School of Medicine Division of Radiologic Sciences, 2001). 


  • Pada pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah fistula terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat menganggu radiograf (Bryan, 1979).
  • Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah abdomen maka saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material (Ballinger, 1999).
  • Alat dan bahan yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan pemeriksaan antara lain (Ballinger, 1999) :
  • Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
  • Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan 
  • Marker R dan L
  • Apron
  • Sarung tangan Pb 
  • Cairan saflon 
  • Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain kassa, jeli, abocath, duk lubang.
  • Alkohol 
  • Betadine 
  • Obat anti alergi 
  • Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.


  • Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu dibuat plan foto dgn proyeksi Antero Posterior (AP), 
  • Media kontras dimasukkan dengan kateter atau abocath melalui muara fistula yang diikuti dengan fluoroskopi.
  • Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media kontras disuntikkan melalui muara fistula yang telah mengisi penuh saluran fistula. 
  • Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroskopi dan ditandai dengan keluarnya media kontras melalui muara fistula (Ballinger, 1995).
  • Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung dari luas muara fistula.


  • Tujuan pemasukan media kontras adalah untuk memperlihatkan fistula pada daerah perianal.
  • Pemasukan media kontras dimulai dengan membersihkan daerah sekitar fistula dengan betadine.
  • Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula kira-kira sedalam 2-3 cm secara perlahan-lahan melalui kateter yang sudah diberi jeli dan diikuti dengan fluoroskopi.
  • Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan sehingga media kontras masuk dan memenuhi lubang fistula yang di tandai dengan menetesnya media kontras dari lubang fistula. (Ballinger, 1995).

PROYEKSI PEMERIKSAAN PADA PERIANAL FISTULA
1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 

  • Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan. 
  • Kedua kaki endorotasi 15-20 derajat, kecuali jika terjadi fraktur atau dislokasi pada hip joint.
  • Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua krista iliaka dengan FFD 100 cm. 
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
2. Proyeksi Lateral

  • Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
  • Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja pemeriksaan.
  • Spina iliaka pada posisi AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis. 
  • Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
3. Proyeksi Oblique

  • Posisi pasien prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang diperiksa yang menunjukan letak fistula kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan.
  • Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopang tubuh.
  • Pelvis diatur kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal.
  • Sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset dan central point pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi tegak lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
4. Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine

  • Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukan posterior lutut menyentuh ujung tepi meja pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut.
  • Pasien membungkukan punggung semaksimal mungkin sampai simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis dgn sumbu vertical kira-kira 45 derajat.
  • Sinar vertikal tegak lurus kaset dengan central point melalui daerah lumboskral menembus trokhanter mayor. Bila fleksi tubuh terbatas central point diarahkan dari anterior obyek tegak lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm.

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
5. Proyeksi Taylor

  • Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakan di atas dada dan kedua kaki lurus.
  • Pelvis diatur sehingga true Antero-Posterior yaitu kedua krista iliaka ka dan ki berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan Mid Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan. Sinar menyudut 30o ke cranial, central point pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 
Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk melihat penampang fistula dari depan.
2. Proyeksi Lateral 
Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke depan atau ke belakang. 
3. Proyeksi Oblik 
Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping.